BAB
1
PENDAHULUAN
Masalah sosial sering terjadi di berbagai
tempat dalam kondisi yang berbeda-beda. Masalah sosial juga menjadi faktor
utama kerusakan sebuah bangsa yang hingga kini menjadi perhatian pemerintah
khususnya para akademisi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kehidupan
berbangsa di Indonesia syarat dalam perbedaan yang begitu kontras menjadikan ia
penyebab jauhnya jarak kebersamaan di masyarakat, walaupun belum sepenuhnya
disatukan dengan nilai-nilai pancasila. Berbagai suku, etnis, warna kulit dan
agama membawa nuansa khas dalam bidang ilmu sosiologi. Selain itu, unsur
pertambahan penduduk, maraknya kasus bunuh diri, meningkatnya jumlah
kemiskinan, pendidikan intelek tidak diimbangi dengan pendidikan moral, tidak
seimbang antara lapangan kerja dengan warga usia produktif, anak sekolah rentan
terkena HIV/AIDS, tawuran pelajar, dan seks bebas adalah bentuk-bentuk
permasalahan sosial yang serius untuk dikaji dan diberikan solusi. Oleh karena
itu, penting kiranya penulis membuat makalah ini sebagai upaya penyadaran untuk
kita bersama juga untuk para pembaca yang kiranya nanti akan bersentuhan
langsung dengan masalah-masalah di atas. Tidak terlepas, agama juga berperan
penting dalam pemeliharaan kualitas kehidupan sosial di masyarakat, terlebih
dalam kacamata agama islam. Sehingga pendekatan
ilmu sosiologi dan agama berkolaborasi untuk menghasilkan kesimpulan yang
terbaik dalam penyelesaian konflik sosial di tengah-tengah kehidupan.
Untuk memahami lebih mendalam isi makalah
pendekatan sosiologis dalam studi islam, barangkali kita perlu merujuk pada
penjelasan Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa “Keadaan
alam, bangsa-bangsa, adat istiadat, dan agama tidak selalu berada dalam alur
yang sama. Semua berbeda sesuai dengan perbedaan hari, masa, dan pergantian
dari suatu keadaan ke keadaan lain. Perbedaan itu berlaku pada
individu-individu, waktu, dan kota seperti halnya berlaku pada seluruh kota,
masa dan negara.”
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sosiologi
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang
terdiri dari kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata
atau berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.
Secara terminologi, sosiologi dapat kita maknai sebagai cara untuk mengidentifikasi keadaan
sosial, merumuskan hubungan sosial, hingga menarik kesimpulan dari berbagai
gejala sosial yang sedang berlangsung. Memahami hubungan timbal balik pada satu
individu dengan individu lainnya yang saling terikat oleh kebutuhan
masing-masing. Penulis beranggapan bahwa penafsiran sosiologi dapat
diterjemahkan ke dalam bentuk keberadaan masyarakat yang terhubung (interrelasi) dengan masyarakat sejenis
atau berbeda dengan tujuan menggapai kehidupan sosial yang harmonis dan damai.
Karena, dunia sosial saat ini sedang dalam keadaan yang mengkhawatirkan di
tataran pedesaan, kelurahan, kecamatan dan negara.
Menurut
Ibnu Khaldun manusia diciptakan sebagai makhluk politik atau sosial, yaitu
makhluk yang selalu membutuhkan orang lain dalam mempertahankan kehidupannya,
sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah
keharusan.[1]
Menurut Auguste Comte, sosiologi
adalah suatu studi positif tentang hukum-hukum dasar dari berbagai gejala
sosial yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.[2]
Hendropuspito
mendefinisikan bahwa struktur sosial adalah skema penempatan
nilai-nilai sosial budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi
yang dianggap sesuai dengan berfungsinya organisme masyarakat
sebagai suatu keseluruhan dan demi kepentingan masing-masing.
Bagian nilai-nilai sosial adalah ajaran agama, ideologi, kaidah-kaidah,
moral, serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu
masyarakat. Sementara itu organ-organ masyarakat tersebut berupa
kelompok-kelompok sosial, institusi atau lembaga-lembaga sosial yang
mengusahakan perwujudan nilai-nilai tertentu menjadi nyata dan dipakai dalam
memenuhi kebutuhan.[3]
B.
Sub
disiplin Sosiologi
Beberapa sub-disiplin
dalam sosiologi yaitu: sosiologi pedesaan, sosiologi kota serta sosiologi agama.[4] Ada
juga sosiologi keluarga, sosiologi media massa dan sosiologi teknologi. Untuk
lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut :
Sosiologi pedesaan ialah kajian mengenai
penduduk desa dalam hubungan dengan kelompoknya. Ilmu ini menggunakan metode
dan prinsip sosiologi umum dan menggunakannya dalam kajian mengenai penduduk
desa, sekitar ciri-ciri penduduk desa, organisasi sosial desa, dan berbagai
lembaga dan asosiasi yang berfungsi di dalam kehidupan sosial desa, proses
sosial yang penting yang terdapat dalam kehidupan di desa, pengaruh perubahan
sosial atas organisasi sosial desa, dan beberapa masalah yang dihadapi oleh
masyarakat desa.
Sosiologi kota adalah kajian
mengenai orang-orang kota dalam hubungan mereka antara satu kelompok dengan
kelompok lain. Bidang ini mengkaji ciri orang kota, organisasi sosial dan
aktivitas institusi mereka, proses interaksi asas yang berlaku dalam kehidupan
kota, pengaruh perubahan sosial dan beberapa masalah yang mereka hadapi.
Sosiologi agama adalah melibatkan
analisa sistimatik mengenai fenomena agama dengan menggunakan konsep dan metode
sosiologi. Institusi agama dikaji sedemikian rupa, dan struktur serta prosesnya
dianalisa, dan begitu juga hubungannya dengan institusi yang lain,
perkembangan, penyebaran dan jatuhnya agama dikaji untuk tujuan prinsip umum
yang dapat diperoleh darinya. Metode pengendalian sosial melalui aktivitas
agama dititikberatkan, seperti halnya aspek psikologi sosial mengenai tingkah
laku kolektif dalam hubungannya dengan fungsi agama. Ajaran agama dianalisa
dalam hubungan dengan struktur sosial.
Sosiologi
keluarga adalah kelompok sosial
pertama dalam kehidupan sosial. Didalam keluarga, manusia pertama kali
memperhatikan keinginan orang lain, belajar sama dan belajar membantu orang
lain. Keluarga menjadi sumber kepuasan emosional yang terbesar. Secara
historis, peran keluarga di tengah-tengah masyarakat jauh lebih penting
daripada lembaga sosial lainnya.
Sosiologi
media massa merupakan wadah
komunikasi sistem sosial yang melalui pengiriman atau sumber pesan, kecerdasan,
kepribadian, sikap, motif, nilai dan tujuan serta pengaruh dari kelompok.
Salah satu cara menjadikan komunikasi sosial melembaga adalah komunikasi massa.
Hal ini terjadi berkat adanya tata cara, prosedur serta aturan-aturan yang
mengikat. Dengan demikian komunikasi sosial yang ada di tengah masyarakat
terbentuk oleh berbagai ketentuan pemilik media.
Sosiologi teknologi merupakan
cara masyarakat memanfaatkan teknologi. Walaupun hal ini bergantung pada
kepribadian individu, namun pada tataran penggunaannya secara kolektif.
Proses-proses sosial yang terjadi saat menggunakan teknologi serta perubahan
sosial yang terjadi akibat teknologi perkembangan teknologi yang terjadi
membawa perubahan dalam masyarakat saat ini. Perubahan itu meliputi perubahan
sikap masyarakat dalam interaksi sosial sehari-hari. Peliknya dinamika
masyarakat dalam penggunaan teknologi dewasa ini menjadikan masyarakat menjadi
objek yang menarik untuk diteliti dan dikaji dalam perspektif sosiologi
teknologi.
C. Pendekatan Sosiologi
Untuk menghasilkan suatu teori tentulah melalui pendekatan-pendekatan,
demikian halnya dengan teori-teori
sosiologi. Sebab sosiologi merupakan
ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki
ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan itu. Diantara pendekatan
sosiologi yaitu :
a. Teori fungsional yakni teori yang mengasumsikan
masyarakat sebagai organisme ekologi mengalami pertumbuhan. Semakin besar
pertumbuhan terjadi maka semakin kompleks pula masalah-masalah yang akan
dihadapi. Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam menggunakan teori
fungsional antara lain : pertama,
membuat identifikasi tingkah laku sosial yang problematik, kedua, mengidentifikasi konteks terjadinya tingkah laku yang
menjadi obyek penelitian, ketiga,
Mengidentifikasi konsekuensi dari satu tingkah laku sosial.
b. Teori interaksionisme yang mengasumsikan dalam
masyarakat pasti ada hubungan antara masyarakat dengan individu, antara
individu dengan individu lain. Teori Interaksionisme sering diidentifikasi
sebagai deskripsi yang interpretatif yaitu suatu pendekatan yang menawarkan
analisis yang menarik perhatian besar pada pembekuan sebab akibat. Ada sejumlah
kritik muncul pada teori ini yakni : pertama,
Menggunakan analisis yang kurang ilmiah, karena teori ini menghindari pengujian
hipotesis, menjauhi hubungan sebab akibat, kedua,
teori ini terlalu memfokuskan pada proses sosial yang terjadi ditingkat
makro. ketiga, teori ini terlalu
mengabaikan kekuasaan. Kemudian prinsip yang digunakan interaksionisme adalah :
a. Bagaimana individu menyikapi sesuatu yang ada
dilingkungannya.
b. Memberikan makna pada fenomena tersebut berdasarkan
interaksi sosial yang dijalin dengan individu lain.
c. Makna tersebut dipahami dan dimodifikasi oleh
individu melalui proses dijumpainya.
c. Teori konflik yakni teori yang
kepercayaan bahwa setiap masyarakat mempunyai kepentingan (interest) dan kekuasaan (power)
yang merupakan pusat dari segala hubungan sosial. Menurut pemegang aliran ini,
nilai dan gagasan-gagasan selalu dipergunakan sebagai senjata untuk
melegitimasi kekuasaan. Teori-teori yang berhubungan dengan pendekatan
sosiologi adalah teori-teori perubahan sosial yakni teori evolusi, teori
fungsionalis struktural, teori modernisasi, teori sumber daya manusia, teori
ketergantungan, dan teori pembebasan.[5]
D.
Agama
sebagai fenomena Sosiologis
Kemunculan agama merupakan awal dari sebuah kebutuhan
sosial yang menginginkan adanya batasan-batasan (peraturan) di dalam kehidupan
sehari-hari. Berbicara mengenai agama, tidak terlepas dari aspek sosialnya yang
erat berkaitan dengan konsep keagamaan. Sebagaimana telah kita ketahui, agama
berarti nasihat, nasihat untuk diri pribadi, masyarakat, maupun negara. Pada
dasarnya, agama dan sosial tidak bisa dipisahkan. Sebab, agama bukanlah sebuah
proses dibalik sosial, melainkan hidup dalam interaksi sosial. Sehingga
menjawab setiap problematika sosial melalui agama. Apa saja yang dibutuhkan
oleh sosial, pasti ada pedomannya dalam agama. Sebagai contoh, kehidupan sosial
di sebuah desa namun berbeda-beda keyakinan. Pedoman pada agama telah dijelaskan
bahwa kita harus saling menghormati satu sama lain, toleransi dan memuliakan
tetangga.
Fenomena
sosial adalah gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat
diamati dalam kehidupan sosial. Banyak sekali fenomena sosial yang terjadi di
sekitar kita. Fenomena sosial terjadi terutama di perkotaan dimana ada banyak
sekali masyarakat dari beragam latar belakang ekonomi, tempat kelahiran, budaya dan bahkan
agama. Berikut adalah beberapa contoh fenomena sosial :
a. Kegiatan
mudik saat Lebaran.
b. Kepadatan
penduduk.
c. Angka
kriminalitas yang tinggi.
d. Terdapat
anak jalanan.
e. Prostitusi.
f.
Korupsi.
g. Saling
bergotong royong saat terjadi bencana alam atau musibah.
h. Kebiasaan
membuang sampah ke sungai/selokan.
i.
Kebiasaan melanggar peraturan lalu lintas.
j.
Kemiskinan.
k. Kebodohan.
l.
Permasalahan antar SARA.
m. Tawuran.
n. Unjuk rasa.
Oleh karena itu, agama memiliki andil
besar untuk memandu arah kehidupan sosial yang ideal dan kompleks, guna
meminimalisir fenomena sosial yang sangat merugikan.
E.
Pendekatan
Sosiologis dalam tradisi intelektual islam (Ibnu Khaldun)
Seperti dijelaskan
sebelumnya, bahwa pendekatan sosiologis membutuhkan peran agama, diantaranya
adalah agama islam. Di dalam agama islam, sosiologi diartikan sebagai hubungan
antar sesama manusia. Dengan begitu,
intelektual islam tertarik untuk mencari ide-ide sosial yang bermanfaat,
salah satunya ialah Ibnu Khaldun (17 Maret 1406 M). Ibnu Khaldun banyak dikenal
sebagai ahli sejarah dan ahli sosiologi. Karena dari beberapa karyanya ia
meneliti dan mengamati masyarakat disaat itu. Dari
karyanya Muqaddimah secara panjang lebar Ibnu Khaldun memaparkan
ide-idenya tentang masyarakat yang diamatinya pada saat itu. Ia menggambarkan
tanda-tanda kemunduran Islam dan jatuh bangunnya kekhalifahan melalui
pengalamannya selama mengembara ke Andalusia dan Afrika utara.
Dalam Muqaddimah tersebut terdapat tiga pokok bahasan. Pertama,
pengantar, bab kedua sejarah umum, dan bab ketiga sejarah maroko (Magrib).[6]
Adapun pembahasan dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun, yaitu:
a.
Asal Mula
Negara/daulah (Rural Civilizations)
b.
Sosiologi
Masyarakat (Human Society; Ethnology And
Anthropology)
c.
Peradaban
masyarakat Badui Kota (Society of
Urban Civilization)
d.
Solidaritas Sosial
e.
Khilafah, Imamah, Sulthanah
f.
Bentuk-Bentuk
Pemerintahan (Forms of Government and
Forms of Institutions)
g.
Tahapan Timbul
Tenggelamnya Peradaban (Teori Siklus)
Selain itu, Ibnu Khaldun
menggunakan ide politiknya dan pengetahuannya tentang masyarakat Maroko. Ia
mendeskripsikan pemikirannya tentang proses sejarah peradaban masyarakat. Ia
juga memiliki pengetahuan yang baik tentang eksplanasi dari negara yang alami
hingga dikenal dengan peletak disiplin sosiologi baru (the founder of the new discipline of sociology). Ia menciptakan
disiplin ilmu baru yang berasal dari spirit
Al-Qur’an.
“Ibn KhaldÅ«n fully realised that he had created a new
discipline, ‘ilm al-’umran, the science of culture, and regarded it as
surprising that no one had done so before and demarcated it from other
disciplines. This science can be of great help to the historian by creating a
standard by which to judge accounts of past events. Through the study of human
society, one can distinguish between the possible and the impossible, and so
distinguish between those of its phenomena which are essential and those which
are merely accidental, and also those which cannot occur at all”.[7]
Dalam pengembangan
sebuah pemerintahan dan hubungan antara pemerintah dan masyarakat ibnu khaldun
percaya bahwa :
“. . . human society is necessary since the individual
acting alone could acquire neither the necessary food not security. Only the
division of labour, in and through society, makes this possible. The state
arises through the need of a restraining force to curb the natural aggression
of humanity. A state is inconceivable without a society, while a society is
well-nigh impossible without a state. Social phenomena seem to obey laws which,
while not as absolute as those governing natural phenomena, are sufficiently
constant to cause social events to follow regular and well-defined patterns and
sequences. Hence a grasp of these laws enables the sociologist to understand
the trend of events. These laws operate on masses and cannot be significantly
influenced by isolated individuals”.[8]
Dalam pernyataannya, Ibnu Khaldun menyebut hubungan
sosial tidak hanya sebatas kebutuhan makanan dan keamanan. Namun pembagian
kerja yang didorong oleh sifat alami manusia untuk berjalan pada masing-masing
koridornya. Sebuah negara tidak dapat dipahami tanpa masyarakat, sementara
masyarakat hampir mustahil tanpa negara. Penulis menyadari bahwa Ibnu Khaldun
menggunakan istilah the natural aggression of humanity sebab ia memahami
manusia dengan sifat sosialnya. Sifat alami tersebut merupakan komponen yang
berkembang menjadi masyarakat sosial.
Menurutnya
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang solidaritas sosial. Asal-usul
solidaritas sosial adalah ikatan darah yang disertai kedekatan hidup bersama.
Hidup bersama juga dapat mewujudkan solidaritas yang sama kuat dengan ikatan
darah. Kebutuhan untuk saling membantu mengatasi tantangan ini juga memiliki
relevansi dalam kajian psikologi sosial terutama berkenaan dengan kebutuhan
untuk mengikatkan diri dengan orang lain atau kelompok sosial yang lazim
disebut afiliasi.
F.
Penulis
dan karya utama dalam studi Islam dengan
pendekatan sosiologis
Dalam kajian
pendekatan sosiologi dalam studi Islam, banyak para penulis baik penulis dari
barat maupun penulis muslim itu sendiri, yang telah menghasilkan karyanya
tentang sosiologi yang ada hubungannya dalam memahami agama. Diantaranya adalah
Clifford Geertz dalam bukunya; The religion of Java, tulisannya ini
sangat memberikan
kontribusi yang luar biasa meskipun banyak kritikan yang dilontarkan kepadanya.
Namun dari segi metodologi banyak manfaatnya yang bisa diambil dalam karyanya
ini. Geertz
menemukan adanya pengaruh agama dalam pojok dan celah kehidupan Jawa. Masih
banyak lagi karya Geertz yang lain seperti; Religion
as a cultural system dalam Anthropological
approachhes to the study of religion, juga karyanya yang lain; Tafsir kebudayaan, after the fact, politik
kebudayaan Islam serta karya-karya Geertz yang lainnya.
Menurut Akbar S.
Ahmad tokoh-tokoh sosiologi dalam dunia Islam telah
tumbuh dengan pesat jauh sebelum tokoh-tokoh dari barat muncul, seperti seorang
tokoh muslim Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi. Menurut sumber-sumber otentik, karya
al-Biruni lebih dari 200 buah, namun hanya sekitar 180 saja yang diketahui dan
terlacak.beberapa diantara bukunya terbilang sebagai karya monumental. Selain
yang telah tersebut di atas . Seperti buku al-Atsar al-Baqiyah ‘an al-Qurun
al-Khaliyah (peninggalan bangsa-bangsa kuno) yang ditulisnya pada 998 M, ketika
dia merantau ke-Jurjan, daerah tenggara laut Kaspia. Dalam karyanya tersebut,
al-Biruni antara lain mengupas sekitar upacara-upacara ritual, pesta dan
festival bangsa-bangsa kuno.[9]
Ali Syari’ati
merupakan salah satu tokoh sosiologi, yang menyatukan ide dan praktik yang
menjelma dalam revolusi Islam Iran. Kekuatan idenya itulah yang menggerakkan
pemimpin spiritual Iran, Ali Khomeini memimpin gerakan masa yang melahirkan
Republik Islam Iran pada tahun 1979.[10] Sebagai sang sosiolog yang tertarik pada dialektis antara
teori dan praktik : antara ide dan kekuatan-kekuatan sosial dan antara
kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Dua tahun sebelum revolusi Iran-
Syari’ati telah menulis beberapa buku, diantaranya : Marxisme and other western Fallacies, On the Sociology of Islam,
Al-Ummah wa Al-Imamah, Intizar Madab I’tiraz dan Role of Intellectual in Society.
Selanjutnya Ibnu
Batutah, adapun karyanya yang
berjudul Tuhfah al-Nuzzar fi Ghara’ib
al-Amsar wa Ajaib al-Asfar (persembahan seorang pengamat tentang kota-kota
asing dan perjalanan yang mengagumkan)
Kemudian tokoh
sosiologi yang tidak asing lagi yaitu Ibnu Khaldun, pemikiran dan teori-teori
politiknya yang sangat maju telah mempengaruhi karya-karya para pemikir politik
terkemuka sesudahnya seperti Machiavelli dan Vico. Dia mampu menembus ke dalam
fenomena sosial sebagai filsuf dan ahli ekonomi yang dalam ilmunya. Dia juga
peletak dasar ilmu sosiologi dan politik melalui karya magnum opus-nya, Al-Muqaddimah.
Adapun teori
yang dikemukakan Ibnu Khaldun dikenal orang dengan teori disintegrasi (ancaman perpecahan suatu masyarakat/bangsa).
Dia menulis soal itu lantaran melihat secara faktual ancaman disintegrasi akan
membayangi dan mengintai umat manusia bila mengabaikan dimensi stabilitas
sosial dan politik dalam masyarakatnya. Setidaknya, berkat dialah dasar-dasar
ilmu sosiologi politik dan filsafat dibangun. Tidak heran jika warisannya itu
banyak diterjemahkan keberbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.[11] Juga banyak tokoh-tokoh sosiologi Indonesia seperti:
Soerjono Soekanto, diantara karyanya; sosiologi suatu pengantar. Di antara
hasil karyanya; masyarakat desa di Indonesia masa ini, beberapa pokok
antropologi sosial dan lain-lain.
Beberapa tokoh-tokoh yang mempengaruhi perkembangan ilmu sosiologi
lainnya diantaranya yaitu:
- Agust
Comte (1798–1857), seorang Perancis yang merupakan bapak sosiologi yang
pertama kali memberi nama pada ilmu tersebut yaitu dari kata-kata socius dan logos. Hasil karyanya adalah; The scisntific labors necessary for the reorganization of society (1822). The positive philosophy (6 Jilid
1830–1840), subjective synthesis (1820–1903).
- Herbert
Spencer (1820–1903), karyanya
yang terkenal; The principles of
sociology, yang menguraikan materi sosiologi secara sistematis.
- Emile
Durkheim (1858 –1917), adapun karyanya; The social division of labor, The rules of sociological method dan The elementary forms of religious life.
- Max
Weber (1864–1920), sosiologi dikatakan sebagai suatu ilmu yang berusaha
untuk memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial untuk memperoleh
gambaran dan pengaruhnya. Diantara karyanya adalah; Economic and society, collected essays on sosiology of religion dan
lain-lain.
- Charles
Horton Cooley (1864–1929), yang mengembangkan konsepsi mengenai hubungan
timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dan
masyarakat. Karyanya adalah; Human
ature and society order, social organization dan social process.
- Ferdinand
Tonnis, hasil karyanya; Sociological
studies and critism (3 jilid, 1952).
- Vilfredo
Pareto (1848–1923), hasil karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan judul; The mind and society.[12]
- Thomas
F. O’deo, hasil karyanya; The
sociology of religion.
G.
Masalah
dan prospek pendekatan sosiologis
Penulis mengamati, ada
empat hal yang mempengaruhi masalah kehidupan sosial yang secara garis besar yang
muncul ke permukaan, diantaranya dalam aspek keluarga, aspek agama, aspek media
massa dan aspek teknologi.
Pertama,
sosial dipengaruhi oleh ikatan keluarga, begitu banyak anak terlantar di
Indonesia dan generasi yang tumbuh dalam suasana broken home. Penulis menempatkan masalah utama di dalam keluarga
adalah komunikasi. Dapat dikatakan bahwa, seorang yang mempunyai status sosial
yang bagus, hubungan sosial yang baik dan aktif dalam kegiatan sosial merupakan
hasil dari produksi keluarga yang didalamnya terjalin komunikasi yang baik.
Sebab komunikasi yang baik mempengaruhi kepribadian setiap anggota keluarga,
bayangkan jika komunikasi nya buruk antara suami dan istri, orangtua dengan
anak, kakak dengan adik dan seterusnya, maka dapat dipastikan akan hancur
suasana sosial di dalam keluarga tersebut dan dibawa keluar rumah. Selain
komunikasi, pola asuh orangtua menjadi penting untuk menjaga kestabilan sosial
si anak. Agar dikemudian hari ia mampu bersosial dengan sempurna bersama
teman-temannya. Jika pola asuh orangtua menggunakan kekerasan dan tidak
diberikan pelajaran etika yang baik, maka sudah barang tentu si anak menjadi
kasar dan tidak sopan terhadap orang lain. Ada juga masalah perceraian yang
tinggi di Indonesia, bahkan menurut BKKBN
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) bahwa tingkat perceraian di Indonesia sudah menempati urutan
tertinggi se-Asia Pasifik.[13] Untuk itu perlu waspada
dan hati-hati kepada setiap kepala keluarga dalam membina rumah tangga.
Kedua,
agama mempengaruhi sosiologis seseorang secara langsung, sebab di dalam agama
ada yang disebut keyakinan terhadap Allah swt. bilamana menunjukkan kedekatan
kita dengan masyarakat yaitu sering mengunjungi tempat ibadahnya, ikut dalam
kegiatan keagamaannya dan terlibat aktivitas sosialnya. Untuk melakukan tugas
itu, perlu adanya ketaqwaan di dalam diri seseorang, serta tingginya frekuensi
keagamaan seseorang akan meningkatnya nilai sosial seseorang.
Ketiga,
media massa adalah mesin raksasa pembentuk sosial di masyarakat. Hal-hal yang
diikuti, fakta-fakta yang dipercaya hingga narasi sinetron menjadi panduan kita
hari ini. Membincang soal media massa, dalam kontennya sudah merusak
nilai-nilai sosial yang selama ini kita pahami, sebagai contoh sinetron Anak
Jalanan yang merusak pertemanan generasi muda, sinetron Ganteng-Ganteng
Serigala yang merusak aqidah kaula muda, sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang mencontohkan
perbuatan buruk bagi orang berumur yang telah melaksanakan ibadah haji, dan
berbagai macam contoh sinetron lainnya yang tidak memiliki tujuan baik dan
hanya berorientasi pada rating penonton untuk meraup iklan sebanyak-banyaknya. Meski
sinetron paling dominan menghiasi pertelevisian Indonesia, adalagi yang namanya
bad news (berita buruk) yang
mengabarkan peristiwa-peristiwa yang kurang baik, sehingga mendoktrinasi para
penonton bahwa Indonesia adalah negara kacau, tidak bersosial, dan membuat kita
berasumsi untuk pesimis. Penulis sangat mengkritik semboyan bad news is good news di dalam tayangan berita, sebab pengaruh bad news bagi yang melihat mungkin akan
mencontohnya, mempraktekkannya atau bahkan memotivasinya. Sebagai contoh,
berita pemerkosaan, berita pembunuhan, berita mutilasi, berita terorisme,
sangat buruk jika ditayangkan pada jam-jam prime
time. Apalagi di tonton oleh anak-anak dibawah umur yang cenderung belum
mampu menyaring informasi yang ia dengar dan ia lihat. Maka dari itu, media
massa hanya berorientasi pada bisnis dan keuntungan semata, serta tidak
memperdulikan fungsi dari media massa itu sendiri yakni menjadi media
pendidikan dan pembelajaran.
Keempat,
sosiologis seseorang dipengaruhi juga oleh teknologi, diantaranya game online yang saat ini masih naik
daun bagi generasi muda. Game online
sangat mempengaruhi kehidupan sosial seseorang, dapat dibuktikan bahwa pecandu game online akan lebih betah didepan
komputer atau handphone ketimbang bermain bersama teman sebayanya. Sementara
itu, sosial media seperti facebook
dan twitter tidak lagi menjadi alat
komunikasi jarak jauh, namun berubah menjadi alat menjelek-jelekkan seseorang,
memfitnah serta membunuh karakter seseorang. Hal ini dapat kita temukan pada
peristiwa-peristiwa politik di tanah air. Selain itu, kekaguman kita pada gadget dalam melakukan manuver
aplikasinya membuat nilai sosial kita berkurang, sebagai contoh, ketika sedang
berada di dalam bus, seseorang lebih suka memainkan gadget dari pada berkenalan dengan orang disebelahnya, adapun gadget digunakan untuk bermain game
hingga tidak kenal waktu dan tidak kenal tempat.
Dengan demikian, masalah sosial yang kompleks
meninggalkan kesan mendalam bagi para penggiat sosial khususnya kepada penulis,
masing-masing diri kita mencatat problematika sosial ini bisa diselesaikan
dengan pendekatan sosiologis. Fokus terhadap capaian solusi dan integrasi
sosial di masyarakat menerbitkan sekumpulan persepsi hubungan agama, keluarga,
masyarakat, media massa dan teknologi. Semua hal yang diceritakan hendaknya
memunculkan minat penelitian dan pengembangan teori sosial.
H.
Signifikansi dan Kontribusi Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam
Dilihat sepintas saja sudah tampak bahwa ilmu
sosiologi sangat berkontribusi dalam studi islam, terutama pada lintasan
pemikiran sosial yang membutuhkan pedoman agama islam. Memang kesemuanya
berangkat dari satu kondisi dimana kelompok masyarakat menginginkan tata tertib
(aturan) yang tertuang dalam pedoman agama islam. Sebagai contoh, anjuran
didalam islam untuk memuliakan tetangganya saat memasak untuk memperbanyak
kuahnya agar bisa dibagikan kepada tetangga sebelah. Hal ini terlihat sederhana
tetapi mempunyai arti luas tentang kehidupan sosial, sebab makna sesungguhnya
dari sosial adalah saling berbagi satu sama lain tanpa membeda-bedakan ras,
suku, etnis dan agama.
Tak kurang pentingnya ialah bahwa studi islam bertolak
dari sebuah strategi untuk segala sesuatu yang diperlukan. Sehingga studi islam
mempunyai cakupan yang luas khususnya dalam bidang sosiologi. Agaknya,
keterkaitan signifikansi dan kontribusi itulah yang dinyatakan bentuk kesadaran
pada ilmu pengetahuan sosial. Istilah tersebut digunakan untuk menandakan
kedekatan sosiologi pada studi islam
karena dipandang baik dan berguna. Setiap permasalahan sosial mampu
dijawab studi islam dengan baik dan komprehensif. Sosial juga terikat pada
penalaran yang bersandar pada keyakinan, asumsi dan persepsi. Kebenaran sosial
menata ulang peradaban, memandang penuh optimis keharmonisan, serta mengendalikan
penataan peranan keluarga dalam kelompok masyarakat.
Menurut penulis, setidaknya ada dua hal yang menjadi
titik tekan dalam agama ketika bersentuhan dengan bidang sosial, pertama yaitu
ibadah. Ibadah yang kita lakukan sehari-hari menyimpan nilai tersendiri bagi
agama yang diyakininya, atau sering disebut pahala. Selain berpahala, ibadah
yang normatif memberikan kesan sosial yang utuh tentang realitas sosial di
kelompok masyarakat. Kedua yaitu muamalah, yang
berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain. Perlu kiranya dicermati
bahwa sikap kita terhadap oranglain menentukan perlakuan orang lain kepada
kita. Jika kita ramah, maka orang lain akan menghormati kita, jika kita baik
dan suka memberi maka orang lain akan senang dengan kita, begitu seterusnya.
Untuk itulah studi islam bercerita tentang memuliakan tetangga dan menghormati
orang lain. Oleh karena itu, sentuhan sosiologi dalam studi islam mempunyai
nilai yang besar jika diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Terlebih
menjadikan ia platform pada setiap
kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan.
BAB
3
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pengendalian sosial perlu diatur melalui
pedoman agama dengan pendekatan studi islam. Sebuah wacana sosial di konstruksi
sedemikian rupa untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dan damai. Harus ada
upaya melakukan pembaruan peradaban sosial guna menyesuaikan dengan zaman
modern.
Masalah sosial yang terikat dengan dimensi
keluarga, agama, media massa dan teknologi memberi pengertian kepada kita bahwa
perlu adanya revitalisasi norma-norma sosial yang selama ini belum mengambil
peran besar di tengah masyarakat. Nilai-nilai kebaikan bermasyarakat di dalam
pranata sosial di refleksikan oleh kelompok kecil yaitu keluarga maupun
individu agar terciptanya suasana yang tenteram dan damai.
Pendekatan sosiologis dalam studi islam
membuat pengertian bersosial yang utuh, bermasyarakat yang saling menghormati,
bertoleransi, menghargai, dan memiliki kepiawaian saat menjalankan normal-normal
sosial yang berlaku. Tidak cukup sampai disitu, studi islam juga menjelaskan
bahwa setiap individu harusnya belajar untuk meningkatkan keahlian bersosialnya
menjadi solidaritas kebersamaan dengan sifat kekeluargaan.
2.
Saran
Perlu adanya peningkatan literatur tentang
konsep tatanan sosial dalam pandangan studi islam. Sehingga memudahkan para
penulis untuk membentuk konsep tatanan sosial yang lebih baik kedepannya. Dalam
aspek kebermanfaatan, konsep dan nilai-nilai sosial yang telah sesuai pada
zaman modern hendaknya disusun sedemikian rupa agar dapat diterapkan pada
setiap unsur masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Auguste Comte. “The Positive Philosophy. terj. Harriet Martineau”. 1896.
(George Bell & Sons : London). Oxford Learner’s Pocket Dictionary.
2005. (Oxford University Press:
Oxford)
Ibnu
Khaldun, “Muqaddimah, diterjemahkan oleh
Akhmadi Thoha”,
Cet II;
(Pustaka
Firdaus : Jakarta, 2000)
Hendropuspito. “Sosiologi
Sistematik”.
(Kanisius : Yogyakarta, 1898)
Joseph Roucek dan Rolan Werren, Sosiologi An Introduction, terj. Sehat
Simamora, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984)
Khoiruddin
Nasution, Pengantar Studi Islam, ( Jogjakarta : academia, 2010)
Hery
Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam (Bandung
: Mizan 2003)
Soerjono Soekanto, Sosiologi
Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali, 1987)
Sumber Internet :
Cahyadi Takariawan,. http://www.kompasiana.com/pakcah/di-indonesia-40-
perceraian-setiap-jam_54f357c07455137a2b6c7115 diakses 14 September
2016
“Ibn
KhaldÅ«n’s magnum opus al-Muqaddima can be divided into three parts.
The
first part is the introduction, the second part is the
universal history, and
the third part is the history of the Maghrib.”
Muhammad Hozien,,” Ibn
Khaldun: His Life and Works” dalam http://muslimheritage.com /topics/default.cfm?ArticleID =244 diakses
tanggal 14 September 2016
Muhammad
Hozien,,” Ibn Khaldun: His Life and Works”
dalam http://muslimheritage.com topics/default.cfm?ArticleID=244 diakses
tanggal 14 September 2016
[1]Ibnu Khaldun, “Muqaddimah, diterjemahkan
oleh Akhmadi Thoha”, Cet II; (Pustaka Firdaus : Jakarta,
2000), hlm. 14
[2]Comte, Auguste. “The Positive
Philosophy. terj. Harriet Martineau”.
1896. (George Bell & Sons :
London). Oxford Learner’s Pocket Dictionary. 2005. (Oxford University Press:
Oxford), hlm. 122-123
[4]Joseph Roucek dan Rolan Werren, Sosiologi An Introduction, terj. Sehat Simamora, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984), h. 253.
[6] “Ibn KhaldÅ«n’s magnum opus al-Muqaddima can be divided
into three parts. The first part is the introduction, the second part is the
universal history, and the third part is the history of the Maghrib.”
Muhammad Hozien,,” Ibn Khaldun: His Life and Works” dalam http://muslimheritage.com/topics/default.cfm?ArticleID=244 diakses
tanggal 14 September 2016
[7] Muhammad Hozien,,” Ibn Khaldun: His Life and Works” dalam http:// muslimheritage.com /topics/default.cfm?ArticleID=244 diakses tanggal 14 September 2016
[12]Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali, 1987), h. 368–375.
[13] Cahyadi Takariawan,. http://www.kompasiana.com/pakcah/di-indonesia-40-perceraian-setiap-jam_54f357c07455137a2b6c7115 diakses 14 September 2016
0 komentar:
Post a Comment