Music

Sunday, 4 December 2016

PENDEKATAN SOSIOLOGIS DALAM STUDI ISLAM

BAB 1
PENDAHULUAN

Masalah sosial sering terjadi di berbagai tempat dalam kondisi yang berbeda-beda. Masalah sosial juga menjadi faktor utama kerusakan sebuah bangsa yang hingga kini menjadi perhatian pemerintah khususnya para akademisi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kehidupan berbangsa di Indonesia syarat dalam perbedaan yang begitu kontras menjadikan ia penyebab jauhnya jarak kebersamaan di masyarakat, walaupun belum sepenuhnya disatukan dengan nilai-nilai pancasila. Berbagai suku, etnis, warna kulit dan agama membawa nuansa khas dalam bidang ilmu sosiologi. Selain itu, unsur pertambahan penduduk, maraknya kasus bunuh diri, meningkatnya jumlah kemiskinan, pendidikan intelek tidak diimbangi dengan pendidikan moral, tidak seimbang antara lapangan kerja dengan warga usia produktif, anak sekolah rentan terkena HIV/AIDS, tawuran pelajar, dan seks bebas adalah bentuk-bentuk permasalahan sosial yang serius untuk dikaji dan diberikan solusi. Oleh karena itu, penting kiranya penulis membuat makalah ini sebagai upaya penyadaran untuk kita bersama juga untuk para pembaca yang kiranya nanti akan bersentuhan langsung dengan masalah-masalah di atas. Tidak terlepas, agama juga berperan penting dalam pemeliharaan kualitas kehidupan sosial di masyarakat, terlebih dalam kacamata agama islam. Sehingga  pendekatan ilmu sosiologi dan agama berkolaborasi untuk menghasilkan kesimpulan yang terbaik dalam penyelesaian konflik sosial di tengah-tengah kehidupan.
Untuk memahami lebih mendalam isi makalah pendekatan sosiologis dalam studi islam, barangkali kita perlu merujuk pada penjelasan Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa “Keadaan alam, bangsa-bangsa, adat istiadat, dan agama tidak selalu berada dalam alur yang sama. Semua berbeda sesuai dengan perbedaan hari, masa, dan pergantian dari suatu keadaan ke keadaan lain. Perbedaan itu berlaku pada individu-individu, waktu, dan kota seperti halnya berlaku pada seluruh kota, masa dan negara.”
BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sosiologi
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri  dari kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.
Secara terminologi, sosiologi dapat kita maknai sebagai cara untuk mengidentifikasi keadaan sosial, merumuskan hubungan sosial, hingga menarik kesimpulan dari berbagai gejala sosial yang sedang berlangsung. Memahami hubungan timbal balik pada satu individu dengan individu lainnya yang saling terikat oleh kebutuhan masing-masing. Penulis beranggapan bahwa penafsiran sosiologi dapat diterjemahkan ke dalam bentuk keberadaan masyarakat yang terhubung (interrelasi) dengan masyarakat sejenis atau berbeda dengan tujuan menggapai kehidupan sosial yang harmonis dan damai. Karena, dunia sosial saat ini sedang dalam keadaan yang mengkhawatirkan di tataran pedesaan, kelurahan, kecamatan dan negara.
Menurut Ibnu Khaldun manusia diciptakan sebagai makhluk politik atau sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan orang lain dalam mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah keharusan.[1]
Menurut Auguste Comte, sosiologi adalah suatu studi positif tentang hukum-hukum dasar dari berbagai gejala sosial yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.[2]
Hendropuspito mendefinisikan bahwa struktur sosial adalah skema penempatan nilai-nilai sosial budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai dengan berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan demi kepentingan masing-masing. Bagian nilai-nilai sosial adalah ajaran agama, ideologi, kaidah-kaidah, moral, serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat. Sementara itu organ-organ masyarakat tersebut berupa kelompok-kelompok sosial, institusi atau lembaga-lembaga sosial yang mengusahakan perwujudan nilai-nilai tertentu menjadi nyata dan dipakai dalam memenuhi kebutuhan.[3]
B.     Sub disiplin Sosiologi
Beberapa sub-disiplin dalam sosiologi yaitu: sosiologi pedesaan, sosiologi kota serta sosiologi agama.[4] Ada juga sosiologi keluarga, sosiologi media massa dan sosiologi teknologi. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut :
Sosiologi pedesaan ialah kajian mengenai penduduk desa dalam hubungan dengan kelompoknya. Ilmu ini menggunakan metode dan prinsip sosiologi umum dan menggunakannya dalam kajian mengenai penduduk desa, sekitar ciri-ciri penduduk desa, organisasi sosial desa, dan berbagai lembaga dan asosiasi yang berfungsi di dalam kehidupan sosial desa, proses sosial yang penting yang terdapat dalam kehidupan di desa, pengaruh perubahan sosial atas organisasi sosial desa, dan beberapa masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa.
Sosiologi kota adalah kajian mengenai orang-orang kota dalam hubungan mereka antara satu kelompok dengan kelompok lain. Bidang ini mengkaji ciri orang kota, organisasi sosial dan aktivitas institusi mereka, proses interaksi asas yang berlaku dalam kehidupan kota, pengaruh perubahan sosial dan beberapa masalah yang mereka hadapi.
Sosiologi agama adalah melibatkan analisa sistimatik mengenai fenomena agama dengan menggunakan konsep dan metode sosiologi. Institusi agama dikaji sedemikian rupa, dan struktur serta prosesnya dianalisa, dan begitu juga hubungannya dengan institusi yang lain, perkembangan, penyebaran dan jatuhnya agama dikaji untuk tujuan prinsip umum yang dapat diperoleh darinya. Metode pengendalian sosial melalui aktivitas agama dititikberatkan, seperti halnya aspek psikologi sosial mengenai tingkah laku kolektif dalam hubungannya dengan fungsi agama. Ajaran agama dianalisa dalam hubungan dengan struktur sosial.
Sosiologi keluarga adalah kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial. Didalam keluarga, manusia pertama kali memperhatikan keinginan orang lain, belajar sama dan belajar membantu orang lain. Keluarga menjadi sumber kepuasan emosional yang terbesar. Secara historis, peran keluarga di tengah-tengah masyarakat jauh lebih penting daripada lembaga sosial lainnya.
Sosiologi media massa merupakan wadah komunikasi sistem sosial yang melalui pengiriman atau sumber pesan, kecerdasan, kepribadian, sikap, motif, nilai dan tujuan serta pengaruh dari kelompok.  Salah satu cara menjadikan komunikasi sosial melembaga adalah komunikasi massa. Hal ini terjadi berkat adanya tata cara, prosedur serta aturan-aturan yang mengikat. Dengan demikian komunikasi sosial yang ada di tengah masyarakat terbentuk oleh berbagai ketentuan pemilik media.
Sosiologi teknologi merupakan cara masyarakat memanfaatkan teknologi. Walaupun hal ini bergantung pada kepribadian individu, namun pada tataran penggunaannya secara kolektif. Proses-proses sosial yang terjadi saat menggunakan teknologi serta perubahan sosial yang terjadi akibat teknologi perkembangan teknologi yang terjadi membawa perubahan dalam masyarakat saat ini. Perubahan itu meliputi perubahan sikap masyarakat dalam interaksi sosial sehari-hari. Peliknya dinamika masyarakat dalam penggunaan teknologi dewasa ini menjadikan masyarakat menjadi objek yang menarik untuk diteliti dan dikaji dalam perspektif sosiologi teknologi.
C.    Pendekatan Sosiologi
Untuk menghasilkan suatu teori tentulah melalui pendekatan-pendekatan, demikian  halnya dengan teori-teori sosiologi. Sebab sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan itu. Diantara pendekatan sosiologi yaitu :
a. Teori fungsional yakni teori yang mengasumsikan masyarakat sebagai organisme ekologi mengalami pertumbuhan. Semakin besar pertumbuhan terjadi maka semakin kompleks pula masalah-masalah yang akan dihadapi. Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam menggunakan teori fungsional antara lain :  pertama, membuat identifikasi tingkah laku sosial yang problematik, kedua, mengidentifikasi konteks terjadinya tingkah laku yang menjadi obyek penelitian, ketiga, Mengidentifikasi konsekuensi dari satu tingkah laku sosial.
b. Teori interaksionisme yang mengasumsikan dalam masyarakat pasti ada hubungan antara masyarakat dengan individu, antara individu dengan individu lain. Teori Interaksionisme sering diidentifikasi sebagai deskripsi yang interpretatif yaitu suatu pendekatan yang menawarkan analisis yang menarik perhatian besar pada pembekuan sebab akibat. Ada sejumlah kritik muncul pada teori ini yakni : pertama, Menggunakan analisis yang kurang ilmiah, karena teori ini menghindari pengujian hipotesis, menjauhi hubungan sebab akibat, kedua, teori ini terlalu memfokuskan pada proses sosial yang terjadi ditingkat makro. ketiga, teori ini terlalu mengabaikan kekuasaan. Kemudian prinsip yang digunakan interaksionisme adalah :
a. Bagaimana individu menyikapi sesuatu yang ada dilingkungannya.
b. Memberikan makna pada fenomena tersebut berdasarkan interaksi sosial yang dijalin dengan individu lain.
c. Makna tersebut dipahami dan dimodifikasi oleh individu melalui proses dijumpainya.
c. Teori konflik yakni teori yang kepercayaan bahwa setiap masyarakat mempunyai kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) yang merupakan pusat dari segala hubungan sosial. Menurut pemegang aliran ini, nilai dan gagasan-gagasan selalu dipergunakan sebagai senjata untuk melegitimasi kekuasaan. Teori-teori yang berhubungan dengan pendekatan sosiologi adalah teori-teori perubahan sosial yakni teori evolusi, teori fungsionalis struktural, teori modernisasi, teori sumber daya manusia, teori ketergantungan, dan teori pembebasan.[5]
D.    Agama sebagai fenomena Sosiologis
Kemunculan agama merupakan awal dari sebuah kebutuhan sosial yang menginginkan adanya batasan-batasan (peraturan) di dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara mengenai agama, tidak terlepas dari aspek sosialnya yang erat berkaitan dengan konsep keagamaan. Sebagaimana telah kita ketahui, agama berarti nasihat, nasihat untuk diri pribadi, masyarakat, maupun negara. Pada dasarnya, agama dan sosial tidak bisa dipisahkan. Sebab, agama bukanlah sebuah proses dibalik sosial, melainkan hidup dalam interaksi sosial. Sehingga menjawab setiap problematika sosial melalui agama. Apa saja yang dibutuhkan oleh sosial, pasti ada pedomannya dalam agama. Sebagai contoh, kehidupan sosial di sebuah desa namun berbeda-beda keyakinan. Pedoman pada agama telah dijelaskan bahwa kita harus saling menghormati satu sama lain, toleransi dan memuliakan tetangga.
Fenomena sosial adalah gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial. Banyak sekali fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita. Fenomena sosial terjadi terutama di perkotaan dimana ada banyak sekali masyarakat dari beragam latar belakang ekonomi, tempat kelahiran, budaya dan bahkan agama. Berikut adalah beberapa contoh fenomena sosial :
a.       Kegiatan mudik saat Lebaran.
b.      Kepadatan penduduk.
c.       Angka kriminalitas yang tinggi.
d.      Terdapat anak jalanan.
e.       Prostitusi.
f.        Korupsi.
g.      Saling bergotong royong saat terjadi bencana alam atau musibah.
h.      Kebiasaan membuang sampah ke sungai/selokan.
i.        Kebiasaan melanggar peraturan lalu lintas.
j.        Kemiskinan.
k.      Kebodohan.
l.        Permasalahan antar SARA.
m.    Tawuran.
n.      Unjuk rasa.
Oleh karena itu, agama memiliki andil besar untuk memandu arah kehidupan sosial yang ideal dan kompleks, guna meminimalisir fenomena sosial yang sangat merugikan.
E.     Pendekatan Sosiologis dalam tradisi intelektual islam (Ibnu Khaldun)
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pendekatan sosiologis membutuhkan peran agama, diantaranya adalah agama islam. Di dalam agama islam, sosiologi diartikan sebagai hubungan antar sesama manusia. Dengan begitu,  intelektual islam tertarik untuk mencari ide-ide sosial yang bermanfaat, salah satunya ialah Ibnu Khaldun (17 Maret 1406 M). Ibnu Khaldun banyak dikenal sebagai ahli sejarah dan ahli sosiologi. Karena dari beberapa karyanya ia meneliti dan mengamati masyarakat disaat itu. Dari karyanya Muqaddimah secara panjang lebar Ibnu Khaldun memaparkan ide-idenya tentang masyarakat yang diamatinya pada saat itu. Ia menggambarkan tanda-tanda kemunduran Islam dan jatuh bangunnya kekhalifahan melalui pengalamannya selama mengembara ke Andalusia dan Afrika utara. Dalam Muqaddimah tersebut terdapat tiga pokok bahasan. Pertama, pengantar, bab kedua sejarah umum, dan bab ketiga sejarah maroko (Magrib).[6]
          Adapun pembahasan dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun, yaitu:
a.       Asal Mula Negara/daulah (Rural Civilizations)
b.      Sosiologi Masyarakat (Human Society; Ethnology And Anthropology)
c.       Peradaban masyarakat Badui  Kota (Society of Urban Civilization)
d.      Solidaritas Sosial
e.       Khilafah, Imamah, Sulthanah
f.        Bentuk-Bentuk Pemerintahan (Forms of Government and Forms of Institutions)
g.      Tahapan Timbul Tenggelamnya Peradaban (Teori Siklus)
Selain itu, Ibnu Khaldun menggunakan ide politiknya dan pengetahuannya tentang masyarakat Maroko. Ia mendeskripsikan pemikirannya tentang proses sejarah peradaban masyarakat. Ia juga memiliki pengetahuan yang baik tentang eksplanasi dari negara yang alami hingga dikenal dengan peletak disiplin sosiologi baru (the founder of the new discipline of sociology). Ia menciptakan disiplin ilmu baru yang berasal dari spirit Al-Qur’an.
“Ibn KhaldÅ«n fully realised that he had created a new discipline, ‘ilm al-’umran, the science of culture, and regarded it as surprising that no one had done so before and demarcated it from other disciplines. This science can be of great help to the historian by creating a standard by which to judge accounts of past events. Through the study of human society, one can distinguish between the possible and the impossible, and so distinguish between those of its phenomena which are essential and those which are merely accidental, and also those which cannot occur at all”.[7]
Dalam pengembangan sebuah pemerintahan dan hubungan antara pemerintah dan masyarakat ibnu khaldun percaya bahwa :
“. . . human society is necessary since the individual acting alone could acquire neither the necessary food not security. Only the division of labour, in and through society, makes this possible. The state arises through the need of a restraining force to curb the natural aggression of humanity. A state is inconceivable without a society, while a society is well-nigh impossible without a state. Social phenomena seem to obey laws which, while not as absolute as those governing natural phenomena, are sufficiently constant to cause social events to follow regular and well-defined patterns and sequences. Hence a grasp of these laws enables the sociologist to understand the trend of events. These laws operate on masses and cannot be significantly influenced by isolated individuals”.[8]
Dalam pernyataannya, Ibnu Khaldun menyebut hubungan sosial tidak hanya sebatas kebutuhan makanan dan keamanan. Namun pembagian kerja yang didorong oleh sifat alami manusia untuk berjalan pada masing-masing koridornya. Sebuah negara tidak dapat dipahami tanpa masyarakat, sementara masyarakat hampir mustahil tanpa negara. Penulis menyadari bahwa Ibnu Khaldun menggunakan istilah the natural aggression of humanity sebab ia memahami manusia dengan sifat sosialnya. Sifat alami tersebut merupakan komponen yang berkembang menjadi masyarakat sosial.
Menurutnya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang solidaritas sosial. Asal-usul solidaritas sosial adalah ikatan darah yang disertai kedekatan hidup bersama. Hidup bersama juga dapat mewujudkan solidaritas yang sama kuat dengan ikatan darah. Kebutuhan untuk saling membantu mengatasi tantangan ini juga memiliki relevansi dalam kajian psikologi sosial terutama berkenaan dengan kebutuhan untuk mengikatkan diri dengan orang lain atau kelompok sosial yang lazim disebut afiliasi.
F.     Penulis dan karya utama  dalam studi Islam dengan pendekatan sosiologis
Dalam kajian pendekatan sosiologi dalam studi Islam, banyak para penulis baik penulis dari barat maupun penulis muslim itu sendiri, yang telah menghasilkan karyanya tentang sosiologi yang ada hubungannya dalam memahami agama. Diantaranya adalah Clifford Geertz dalam bukunya; The religion of Java, tulisannya ini sangat memberikan kontribusi yang luar biasa meskipun banyak kritikan yang dilontarkan kepadanya. Namun dari segi metodologi banyak manfaatnya yang bisa diambil dalam karyanya ini. Geertz menemukan adanya pengaruh agama dalam pojok dan celah kehidupan Jawa. Masih banyak lagi karya Geertz yang lain seperti; Religion as a cultural system dalam Anthropological approachhes to the study of religion, juga karyanya yang lain; Tafsir kebudayaan, after the fact, politik kebudayaan Islam serta karya-karya Geertz yang lainnya.
Menurut Akbar S. Ahmad tokoh-tokoh sosiologi dalam dunia Islam telah tumbuh dengan pesat jauh sebelum tokoh-tokoh dari barat muncul, seperti seorang tokoh muslim Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi.  Menurut sumber-sumber otentik, karya al-Biruni lebih dari 200 buah, namun hanya sekitar 180 saja yang diketahui dan terlacak.beberapa diantara bukunya terbilang sebagai karya monumental. Selain yang telah tersebut di atas . Seperti buku al-Atsar al-Baqiyah ‘an al-Qurun al-Khaliyah (peninggalan bangsa-bangsa kuno) yang ditulisnya pada 998 M, ketika dia merantau ke-Jurjan, daerah tenggara laut Kaspia. Dalam karyanya tersebut, al-Biruni antara lain mengupas sekitar upacara-upacara ritual, pesta dan festival  bangsa-bangsa kuno.[9]
Ali Syari’ati merupakan salah satu tokoh sosiologi, yang menyatukan ide dan praktik yang menjelma dalam revolusi Islam Iran. Kekuatan idenya itulah yang menggerakkan pemimpin spiritual Iran, Ali Khomeini memimpin gerakan masa yang melahirkan Republik Islam Iran pada tahun 1979.[10] Sebagai sang sosiolog yang tertarik pada dialektis antara teori dan praktik : antara ide dan kekuatan-kekuatan sosial dan antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Dua tahun sebelum revolusi Iran- Syari’ati telah menulis beberapa buku, diantaranya : Marxisme and other western Fallacies, On the Sociology of Islam, Al-Ummah wa Al-Imamah, Intizar Madab I’tiraz dan Role  of Intellectual in Society.
Selanjutnya Ibnu Batutah, adapun karyanya yang berjudul Tuhfah al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa Ajaib al-Asfar (persembahan seorang pengamat tentang kota-kota asing dan perjalanan yang mengagumkan)
Kemudian tokoh sosiologi yang tidak asing lagi yaitu Ibnu Khaldun, pemikiran dan teori-teori politiknya yang sangat maju telah mempengaruhi karya-karya para pemikir politik terkemuka sesudahnya seperti Machiavelli dan Vico. Dia mampu menembus ke dalam fenomena sosial sebagai filsuf dan ahli ekonomi yang dalam ilmunya. Dia juga peletak dasar ilmu sosiologi dan politik melalui karya magnum opus-nya, Al-Muqaddimah.
Adapun teori yang dikemukakan Ibnu Khaldun dikenal orang dengan teori disintegrasi (ancaman perpecahan suatu masyarakat/bangsa). Dia menulis soal itu lantaran melihat secara faktual ancaman disintegrasi akan membayangi dan mengintai umat manusia bila mengabaikan dimensi stabilitas sosial dan politik dalam masyarakatnya. Setidaknya, berkat dialah dasar-dasar ilmu sosiologi politik dan filsafat dibangun. Tidak heran jika warisannya itu banyak diterjemahkan keberbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.[11] Juga banyak tokoh-tokoh sosiologi Indonesia seperti: Soerjono Soekanto, diantara karyanya; sosiologi suatu pengantar. Di antara hasil karyanya; masyarakat desa di Indonesia masa ini, beberapa pokok antropologi sosial dan lain-lain.
Beberapa tokoh-tokoh  yang mempengaruhi perkembangan ilmu sosiologi lainnya diantaranya yaitu:
  1. Agust Comte (1798–1857), seorang Perancis yang merupakan bapak sosiologi yang pertama kali memberi nama pada ilmu tersebut yaitu dari kata-kata socius dan logos. Hasil karyanya adalah; The scisntific labors necessary for the reorganization of society (1822). The positive philosophy (6 Jilid 1830–1840), subjective synthesis (1820–1903).
  2. Herbert Spencer (1820–1903), karyanya yang terkenal; The principles of sociology, yang menguraikan materi sosiologi secara sistematis.
  3. Emile Durkheim (1858 –1917), adapun karyanya; The social division of labor, The rules of sociological method dan The elementary forms of religious life.
  4. Max Weber (1864–1920), sosiologi dikatakan sebagai suatu ilmu yang berusaha untuk memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial untuk memperoleh gambaran dan pengaruhnya. Diantara karyanya adalah; Economic and society, collected essays on sosiology of religion dan lain-lain.
  5. Charles Horton Cooley (1864–1929), yang mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dan masyarakat. Karyanya adalah; Human ature and society order, social organization dan social process.
  6. Ferdinand Tonnis, hasil karyanya; Sociological studies and critism (3 jilid, 1952).
  7. Vilfredo Pareto (1848–1923), hasil karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul; The  mind and society.[12]
  8. Thomas F. O’deo, hasil karyanya; The sociology of religion.
  9. Karl Marx (1818–1883) adalah tokoh yang sangat terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional
G.    Masalah dan prospek pendekatan sosiologis









Penulis mengamati, ada empat hal yang mempengaruhi masalah kehidupan sosial yang secara garis besar yang muncul ke permukaan, diantaranya dalam aspek keluarga, aspek agama, aspek media massa dan aspek teknologi.
Pertama, sosial dipengaruhi oleh ikatan keluarga, begitu banyak anak terlantar di Indonesia dan generasi yang tumbuh dalam suasana broken home. Penulis menempatkan masalah utama di dalam keluarga adalah komunikasi. Dapat dikatakan bahwa, seorang yang mempunyai status sosial yang bagus, hubungan sosial yang baik dan aktif dalam kegiatan sosial merupakan hasil dari produksi keluarga yang didalamnya terjalin komunikasi yang baik. Sebab komunikasi yang baik mempengaruhi kepribadian setiap anggota keluarga, bayangkan jika komunikasi nya buruk antara suami dan istri, orangtua dengan anak, kakak dengan adik dan seterusnya, maka dapat dipastikan akan hancur suasana sosial di dalam keluarga tersebut dan dibawa keluar rumah. Selain komunikasi, pola asuh orangtua menjadi penting untuk menjaga kestabilan sosial si anak. Agar dikemudian hari ia mampu bersosial dengan sempurna bersama teman-temannya. Jika pola asuh orangtua menggunakan kekerasan dan tidak diberikan pelajaran etika yang baik, maka sudah barang tentu si anak menjadi kasar dan tidak sopan terhadap orang lain. Ada juga masalah perceraian yang tinggi di Indonesia, bahkan menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) bahwa tingkat perceraian di Indonesia sudah menempati urutan tertinggi se-Asia Pasifik.[13] Untuk itu perlu waspada dan hati-hati kepada setiap kepala keluarga dalam membina rumah tangga.
Kedua, agama mempengaruhi sosiologis seseorang secara langsung, sebab di dalam agama ada yang disebut keyakinan terhadap Allah swt. bilamana menunjukkan kedekatan kita dengan masyarakat yaitu sering mengunjungi tempat ibadahnya, ikut dalam kegiatan keagamaannya dan terlibat aktivitas sosialnya. Untuk melakukan tugas itu, perlu adanya ketaqwaan di dalam diri seseorang, serta tingginya frekuensi keagamaan seseorang akan meningkatnya nilai sosial seseorang.
Ketiga, media massa adalah mesin raksasa pembentuk sosial di masyarakat. Hal-hal yang diikuti, fakta-fakta yang dipercaya hingga narasi sinetron menjadi panduan kita hari ini. Membincang soal media massa, dalam kontennya sudah merusak nilai-nilai sosial yang selama ini kita pahami, sebagai contoh sinetron Anak Jalanan yang merusak pertemanan generasi muda, sinetron Ganteng-Ganteng Serigala yang merusak aqidah kaula muda, sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang mencontohkan perbuatan buruk bagi orang berumur yang telah melaksanakan ibadah haji, dan berbagai macam contoh sinetron lainnya yang tidak memiliki tujuan baik dan hanya berorientasi pada rating penonton untuk meraup iklan sebanyak-banyaknya. Meski sinetron paling dominan menghiasi pertelevisian Indonesia, adalagi yang namanya bad news (berita buruk) yang mengabarkan peristiwa-peristiwa yang kurang baik, sehingga mendoktrinasi para penonton bahwa Indonesia adalah negara kacau, tidak bersosial, dan membuat kita berasumsi untuk pesimis. Penulis sangat mengkritik semboyan bad news is good news  di dalam tayangan berita, sebab pengaruh bad news bagi yang melihat mungkin akan mencontohnya, mempraktekkannya atau bahkan memotivasinya. Sebagai contoh, berita pemerkosaan, berita pembunuhan, berita mutilasi, berita terorisme, sangat buruk jika ditayangkan pada jam-jam prime time. Apalagi di tonton oleh anak-anak dibawah umur yang cenderung belum mampu menyaring informasi yang ia dengar dan ia lihat. Maka dari itu, media massa hanya berorientasi pada bisnis dan keuntungan semata, serta tidak memperdulikan fungsi dari media massa itu sendiri yakni menjadi media pendidikan dan pembelajaran.
Keempat, sosiologis seseorang dipengaruhi juga oleh teknologi, diantaranya game online yang saat ini masih naik daun bagi generasi muda. Game online sangat mempengaruhi kehidupan sosial seseorang, dapat dibuktikan bahwa pecandu game online akan lebih betah didepan komputer atau handphone ketimbang bermain bersama teman sebayanya. Sementara itu, sosial media seperti facebook dan twitter tidak lagi menjadi alat komunikasi jarak jauh, namun berubah menjadi alat menjelek-jelekkan seseorang, memfitnah serta membunuh karakter seseorang. Hal ini dapat kita temukan pada peristiwa-peristiwa politik di tanah air. Selain itu, kekaguman kita pada gadget dalam melakukan manuver aplikasinya membuat nilai sosial kita berkurang, sebagai contoh, ketika sedang berada di dalam bus, seseorang lebih suka memainkan gadget dari pada berkenalan dengan orang disebelahnya, adapun gadget digunakan untuk bermain game hingga tidak kenal waktu dan tidak kenal tempat.
Dengan demikian, masalah sosial yang kompleks meninggalkan kesan mendalam bagi para penggiat sosial khususnya kepada penulis, masing-masing diri kita mencatat problematika sosial ini bisa diselesaikan dengan pendekatan sosiologis. Fokus terhadap capaian solusi dan integrasi sosial di masyarakat menerbitkan sekumpulan persepsi hubungan agama, keluarga, masyarakat, media massa dan teknologi. Semua hal yang diceritakan hendaknya memunculkan minat penelitian dan pengembangan teori sosial.
H.    Signifikansi dan Kontribusi Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam
Dilihat sepintas saja sudah tampak bahwa ilmu sosiologi sangat berkontribusi dalam studi islam, terutama pada lintasan pemikiran sosial yang membutuhkan pedoman agama islam. Memang kesemuanya berangkat dari satu kondisi dimana kelompok masyarakat menginginkan tata tertib (aturan) yang tertuang dalam pedoman agama islam. Sebagai contoh, anjuran didalam islam untuk memuliakan tetangganya saat memasak untuk memperbanyak kuahnya agar bisa dibagikan kepada tetangga sebelah. Hal ini terlihat sederhana tetapi mempunyai arti luas tentang kehidupan sosial, sebab makna sesungguhnya dari sosial adalah saling berbagi satu sama lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, etnis dan agama.
Tak kurang pentingnya ialah bahwa studi islam bertolak dari sebuah strategi untuk segala sesuatu yang diperlukan. Sehingga studi islam mempunyai cakupan yang luas khususnya dalam bidang sosiologi. Agaknya, keterkaitan signifikansi dan kontribusi itulah yang dinyatakan bentuk kesadaran pada ilmu pengetahuan sosial. Istilah tersebut digunakan untuk menandakan kedekatan sosiologi pada studi islam  karena dipandang baik dan berguna. Setiap permasalahan sosial mampu dijawab studi islam dengan baik dan komprehensif. Sosial juga terikat pada penalaran yang bersandar pada keyakinan, asumsi dan persepsi. Kebenaran sosial menata ulang peradaban, memandang penuh optimis keharmonisan, serta mengendalikan penataan peranan keluarga dalam kelompok masyarakat.
Menurut penulis, setidaknya ada dua hal yang menjadi titik tekan dalam agama ketika bersentuhan dengan bidang sosial, pertama yaitu ibadah. Ibadah yang kita lakukan sehari-hari menyimpan nilai tersendiri bagi agama yang diyakininya, atau sering disebut pahala. Selain berpahala, ibadah yang normatif memberikan kesan sosial yang utuh tentang realitas sosial di kelompok masyarakat. Kedua yaitu muamalah, yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain. Perlu kiranya dicermati bahwa sikap kita terhadap oranglain menentukan perlakuan orang lain kepada kita. Jika kita ramah, maka orang lain akan menghormati kita, jika kita baik dan suka memberi maka orang lain akan senang dengan kita, begitu seterusnya. Untuk itulah studi islam bercerita tentang memuliakan tetangga dan menghormati orang lain. Oleh karena itu, sentuhan sosiologi dalam studi islam mempunyai nilai yang besar jika diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Terlebih menjadikan ia platform pada setiap kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan.








BAB 3
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Pengendalian sosial perlu diatur melalui pedoman agama dengan pendekatan studi islam. Sebuah wacana sosial di konstruksi sedemikian rupa untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dan damai. Harus ada upaya melakukan pembaruan peradaban sosial guna menyesuaikan dengan zaman modern.
Masalah sosial yang terikat dengan dimensi keluarga, agama, media massa dan teknologi memberi pengertian kepada kita bahwa perlu adanya revitalisasi norma-norma sosial yang selama ini belum mengambil peran besar di tengah masyarakat. Nilai-nilai kebaikan bermasyarakat di dalam pranata sosial di refleksikan oleh kelompok kecil yaitu keluarga maupun individu agar terciptanya suasana yang tenteram dan damai.
Pendekatan sosiologis dalam studi islam membuat pengertian bersosial yang utuh, bermasyarakat yang saling menghormati, bertoleransi, menghargai, dan memiliki kepiawaian saat menjalankan normal-normal sosial yang berlaku. Tidak cukup sampai disitu, studi islam juga menjelaskan bahwa setiap individu harusnya belajar untuk meningkatkan keahlian bersosialnya menjadi solidaritas kebersamaan dengan sifat kekeluargaan.
2.      Saran
Perlu adanya peningkatan literatur tentang konsep tatanan sosial dalam pandangan studi islam. Sehingga memudahkan para penulis untuk membentuk konsep tatanan sosial yang lebih baik kedepannya. Dalam aspek kebermanfaatan, konsep dan nilai-nilai sosial yang telah sesuai pada zaman modern hendaknya disusun sedemikian rupa agar dapat diterapkan pada setiap unsur masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Auguste Comte. The Positive Philosophy. terj. Harriet Martineau. 1896.
(George Bell & Sons : London). Oxford Learner’s Pocket Dictionary.
2005. (Oxford University Press: Oxford)
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, diterjemahkan oleh Akhmadi Thoha, Cet II;
(Pustaka Firdaus : Jakarta, 2000)
Hendropuspito. Sosiologi Sistematik. (Kanisius : Yogyakarta, 1898)
Joseph Roucek dan Rolan Werren, Sosiologi An Introduction, terj. Sehat
Simamora, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984)
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, ( Jogjakarta : academia, 2010)
Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam (Bandung : Mizan 2003)
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali, 1987)

Sumber Internet :
perceraian-setiap-jam_54f357c07455137a2b6c7115 diakses 14 September
2016
“Ibn KhaldÅ«n’s magnum opus al-Muqaddima can be divided into three parts. The
first part is the introduction, the second part is the universal history, and
the third part is the history of the Maghrib.”  Muhammad Hozien,,” Ibn
Khaldun: His Life and Works” dalam http://muslimheritage.com /topics/default.cfm?ArticleID =244 diakses tanggal 14 September 2016
Muhammad Hozien,,” Ibn Khaldun: His Life and Works”
dalam http://muslimheritage.com topics/default.cfm?ArticleID=244 diakses tanggal 14 September 2016




[1]Ibnu Khaldun, Muqaddimah, diterjemahkan oleh Akhmadi Thoha, Cet II; (Pustaka Firdaus : Jakarta, 2000), hlm. 14
[2]Comte, Auguste. The Positive Philosophy. terj. Harriet Martineau. 1896. (George Bell & Sons : London). Oxford Learner’s Pocket Dictionary. 2005. (Oxford University Press: Oxford), hlm. 122-123
[3] Hendropuspito. Sosiologi Sistematik. (Kanisius : Yogyakarta, 1898), hlm.44
[4]Joseph Roucek dan Rolan Werren, Sosiologi An Introduction, terj. Sehat Simamora, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984), h. 253.
[5] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, ( Jogjakarta : academia, 2010) h.206
[6] “Ibn KhaldÅ«n’s magnum opus al-Muqaddima can be divided into three parts. The first part is the introduction, the second part is the universal history, and the third part is the history of the Maghrib.”  Muhammad Hozien,,” Ibn Khaldun: His Life and Works” dalam http://muslimheritage.com/topics/default.cfm?ArticleID=244 diakses tanggal 14 September 2016
[7] Muhammad Hozien,,” Ibn Khaldun: His Life and Works” dalam http:// muslimheritage.com /topics/default.cfm?ArticleID=244 diakses tanggal 14 September 2016
[8] Ibid. hlm.21
[9]Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam (Bandung : Mizan 2003) hlm. 69.
[10]Ibid., h.302
[11]Ibid., h. 173
[12]Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali, 1987), h. 368–375.

0 komentar:

Post a Comment