Berdasarkan pengalaman Southwest Airlines (SWA), menunjukkan bahwa
sebuah perusahaan harusnya menjadi tempat berkumpulnya kesejahteraan dan
berkelimpahan bagi pegawainya. Ini berarti tempat kerja jika berlandaskan
filosofi yang benar serta dikelola dengan baik pula, seharusnya tidak hanya
menjadi sumber penghidupan ‘materi’ bagi pekerjanya, melainkan juga sebagai
sumber kebahagiaan di mana mereka bisa menunjukkan sisi humanitas dan spiritualitas
mereka. Pada akhirnya, perusahaan juga akan mendapat keuntungan yang banyak,
baik bersifat keuntungan materi maupun non-materi seperti loyalitas pekerja
terhadap perusahaan.
A. Apa yang dimaksud dengan kekayaan (wealth)?
Pada umumnya
kekayaan diidentikkan dengan harta benda yang bersifat materi saja. Namun lebih
jauh lagi kekayaan ialah sesuatu yang dapat dimiliki serta dinikmati baik
bersifat materi maupun non materi. Ilmu ekonomi konvensional mengartikan
kekayaan adalah keseluruhan nilai dari asset riil dan aset keuangan.
Dalam perspektif islam, kekayaan
diartikan sebagai anugrah yang berlimpah dari Allah (Q.S.Al-baqarah:29, Hud:6).
Ini berarti bahwa segala pemberian-Nya merupakan kekayaan. Hal yangpaling jelas
ialah kekayaan fisik (harta benda) serta segala apa yang ada di bumi seperti :
air, tanah, bebatuan, mineral, pohon, dll.
Kekayaan-kekayaan non-fisik
sesugguhnya lebih banyak dikaruniakan Allah kepada manusia, seperti: melihat,
mencium, mendengar, kesehatan, dan lainnya yang pada dasarnya telah diberikan
Allah.
Konsep seperti ini juga diyakini
oleh sebagian kecil ahli ekonomi konvensional. Roger dan McWilliam dalam
bukunya mengatakan bahwa kekayaan tidak hanya mencakup material saja melainkan
juga kesehatan, kepedulian, kebahagian, keberlimpahan, kesejahteraan, peluang,
kesenangan, dan keseimbangan. Judy McKenna, konsultan manajemen Colorado State
juga mengatakan hal yang serupa..
Dari uraian diatas jelaslah bahwa
kekayaan tidak hanya mencakup material (fisik) saja, melainkan kekayaan-kekayaan
non-materi sebenarnya lebih banyak yang digunakan manusia.
B. Hubungan kekayaan dengan maslahah
Dalam islam, kekayaan pada dasarnya
merupakan salah satu unsur pemenuhan kebutuhan hidup yang berdasarkan maslahah.
Jika dikaitkan dengan kekayaan, maslahah dapat diartikan sebagai
kepemilikan dan kekuatan barang/jasa yang mengandung elemen-elemen dasar dan
tujuan kehidupan umat manusia di dunia serta perolehan pahala untuk kehidupan
akhirat. Oleh sebab itu, semua barang dan jasa yang memiliki maslahah dapat
digolongkan sebagai kebutuhan manusia.
Imam Shatibi membedakan maslahah menjadi
tiga :
·
Esensial
(daruriyah)
Merupakan komponen wajib dan menjadi kebutuhan pokok manusia
·
Pelengkap
(hajiyyah)
Sesuatu yang melengkapi hal-hal esensial (daruriyah) yang jika
ditinggalkan akan memberikan kesukaran pada hidup manusia.
·
Penyempurna
(tahsiniyah)
Pada umumnya merupakan hal-hal yamg mengandung nilai estetika yang
baik sehingga dapat menyempurnakan dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Dari ketiga
kebutuhan pokok ini, pemeliharaan dharury merupakan prioritas. Sementara
hajiyyi boleh ditinggalkan apabila memeliharanya dapat merusak hukum dharury,
dan tahsiny boleh ditinggalkan apabila merusaknya dapat merusak hukum dharury
dan hajiyyi.
C. Mencari kekayaan menurut islam
Dalam perspektif islam, mencari
kekayaan tidak hanya diperlukan, namun lebih jauh lagi dianggap sebagai sebuah
kewajiban. Dalam mencari dan mengumpulkan kekayaan, islam memberikan pedoman
yang jelas :
Ø Bekerja merupakan dari kewajiban agama yang menunjukkan ketaatan
dan rasa syukur manusia kepada Allah swt sebagai Maha Pemberi Kekayaan. Allah
berfirman :
ôs)s9ur öNà6»¨Z©3tB Îû ÇÚöF{$# $uZù=yèy_ur öNä3s9 $pkÏù |·Í»yètB 3
WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±s? ÇÊÉÈ
10. Sesungguhnya Kami telah menempatkan
kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber)
penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
Ø Bekerja
harus dengan penuh kesungguhan. Allah swt berfirman :
br&ur }§ø©9 Ç`»|¡SM~Ï9 wÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ
39. Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
Ø Bekerja
merupakan sumber rezeki yang halal dan memberi keberkahan. Selain merupakan
kewajiban untuk bekerja, islam melarang mencari kekayaan dengan cara-cara yang
tidak halal seperti menipu, merampok, mencuri dan lainnya. Mendapatkan kekayaan
dengan cara tersebut tidak akan mendatangkan keberkahan melainkan sumber dosa
bagi seseorang.
Ø Bekerja
menunjukkan harga diri manusia. Islam menekankan pentingnya harga diri dan
nilai-nilai pribadi seseorang. Harga diri yang paling dasar ialah bekerja keras
untuk mengidupi dirinya serta keluarganya. Rasulullah menegaskan “Tidak ada
makanan yang lebih baik untuk dimakan seseorang daripada (makanan) yang
dihasilkannya (bekerja keras dengannya) tangannya sendiri (HR. Bukhari)”. Islam
juga melarang meminta-minta sebagai sumber penghidupan dan menganjurkan untuk
bekerja.
Ø Bekerja
merupakan tindakan memberi manfaat kepada masyarakat. Islam memandang manusia
sebagai mahlik sosial. Oleh sebab itu bekerja dengan baik dan jujur merupakan
sebuah kebaikan yang akan menjaga harmoni saling ketergantungan tersebut.
D. Elemen
apa sajakah yang terkait dengan kekayaan?
Dalam pengelolaan organisasi ,
perspektif yang berbeda mengenai kekayaan akan
mempengaruhi elemen-elemen yang terkait dengan pencarian kekayaan. Lebih
jauh lagi hal ini dapat ditinjau dari sudut corporate governance.
Pandangan islam mengenai tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance) ini disimpulkan bahwa terdapat
lima stakeholder utana dalam sebuah organisasi yang tediri dari kru (crew),
pemodal (capital provider), konsumen (consumer), komunitas (communities),
control pemerintah (control of government) dengan Sang Maha Pencipta , Allah
swt (creator) sebagai stakeholder utamanya. Dalam prinsip-prinsip islam, hak
dan kewajiban para stakeholder dijelaskan dan dipandu oleh syariah. Dengan
demikian disimpulkan bahwa islam berusaha untuk mengharmonisasikan kepentingan
semua elemen yang terkait dengan
didasarkan pada moral dan etika islam.
E. Pencarian
kekayaan dan pengelolan organisasi
Berdasarkan pengalaman southwest
Airlines di bagian pertama telah terlihat bahwa pandangan dan cara-cara
perusahaan untuk memperoleh profit sangat memengaruhi jalannya perusahaan. SWA
telah menunjukkan pentingnya menjadikan kru sebagai keluarga dan stakeholder
utama dalam organisasi. Perusahaan juga menempatkan kepuasan konsumen sebagai
salah satu tujuan utama mereka.